Aku: "Mbak, ini naskahnya gak ada biodatanya?"
X: " Gak ada, Mbak. Gimana dong?"
Aku: "Kalau sinopsisnya?"
X: "Gak ada juga sih, mbak bisa gak buatkan buat saya, sekalian pilih 5 terbaik dari naskahnya ya, Mbak?
![]() |
Bagian yang orang lain tak pernah lihat dari seorang editor :) |
Lah ... ini yang jadi penanggung jawab saya atau dia? Hari ini saya ketemu klien yang membuat saya berpikir jadi Editor itu gak gampang. Kenalan dulu yuk sama saya, namaku Indria, lengkapnya Endang Indri Astuti, saat ini saya bekerja sekaligus belajar di sebuah penerbitan Ae Publishing sebagai editor. Wah ... hebat dong ... keren dong? Kata siapa?
Kadang aja saya merasa belum pantas menjadi seorang editor, saya masih sering membuat kesalahan yang membuat saya ditegur oleh Bu Direktur karena kesalahan saya. Saya sadar bahwa proses di mana saya belajar mengedit masih panjang, kadang saya juga gak enak sama Bunda Anisa, dia selalu sabar ngajarin walau kadang saya sering mengulangi kesalahan.
![]() |
Kadang butuh kesabaran dalam pengeditan |
Ah ... rasanya deg-degan, ketika naskah sampai ke tangan direktur buat difinishing, saya sering harap-harap cemas. Yang namanya penerbit indie, semua naskah pasti diterima, baik itu naskahnya yang bagus, kurang bagus, ancur bagus, eh ... pokoknya semua naskah diterima untuk diterbitkan.
Gak cuman sekali saya ketemu dengan naskah yang berantakan, gak cuman sekali pula kadang saya sering mengelus dada. Bukan ... saya bukan mengeluh ... tapi saya heran ... kebanyakan naskah yang saya tangani adalah milik seseorang yang berpendidikan tinggi. Kadang saya minder juga, aku ini siapa loh ... sok-sokan ngedit naskah orang, padahal pendidikan saya jauh lebih rendah dari mereka. masa editor sama penulisnya pinteran penulisnya? Nah loh ... jujur itu pula yang membuat saya gimana gitu dan geleng-geleng kepala.
![]() |
Klien Bawel Vs Editor Pelit Tapi Manis :) |
Pertama kali belajar Editan adalah dari Bunda Anisa Ae Kepompong, sampai sekarang saya masih terus belajar. Dulu saya diberikan PR mempelajari buku Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan, tebelnya hampir 200 halaman. Sekalipun orang Indonesia mempelajari bahasa sendiri ternyata cukup susah ya? Sebenarnya saya belum pantas disebut sebagai editor, mungkin lebih pantas sebagai hmm ... eng ... ehmm pembantu naskah.
Dibalik sebuah naskah yang hancur menjadi bagus, dibalik itu pulalah ada peran editor. Tak jarang juga editor adalah penambal naskah agar menjadi sempurna. Sebuah peran vital di balik layar, sebuah aplause buat mereka yang telah bekerja keras walau tak pernah terlihat. Karena jika suatu buku itu bagus, bukan editor yang terkenal namun penulis yang terkenal.
,
Saya bersyukur diberi kesempatan untuk mempelajari dunia editor, meskipun belum sepenuhnya pantas disebut editor. Bagi saya klien adalah teman yang pelu dibantu, sebab naskah yang di terbitkan di penerbit adalah impian milik penulis, sebisa mungkin saya membantu mewujudkannya.
Terima kasih untuk setiap kepercayaan yang lebih baik, semoga saya bisa belajar lebih dan mewujudkan impian saya sendiri, menjadi editor yang sesungguhnya. Aamiin.
Follow me on Twitter: @queenlionade facebook: Endang Indri Astuti, blog: indriaworld.blogspot.com
Komentar