Ada banyak hal yang akhir-akhir ini
membuatku sangat jenuh menjalani hidup. Tidak seperti biasanya saat aku
mempunyai waktu luang, hari-hari yang libur untuk menikmati drama korea, tapi
mendadak semuanya hambar.
Seolah aku sedang terpenjara di
suatu tempat yang asing. Aku hanya makan, tidur, dan melakukan hal-hal yang tak
berguna. Seringkali aku berpikir untuk bangkit, pergi jauh, kembali
melangkahkan kaki untuk mencari pekerjaan. Tapi mendadak semua pikiran itu buyar
seketika.
Aku terlalu takut menghadapi dunia.
Aku terlalu takut kalau semuanya akan berakhir seperti saat aku di Malang. Jauh
meninggalkan rumah dan pulang tidak membawa apa-apa. Meneruskan karir di bidang
menulis juga belum menghasilkan apa-apa. Aku tahu tatapan kecewa kedua orang
tuaku, mereka pasti lebih suka ketika aku terpenjara di romusa. Tak apa aku
harus pulang malam, yang terpenting aku punya uang banyak.
Seringkali orang tuaku bertengkar
karena hal sepele. Dan aku benci kebisingan itu. Terkadang Ayahku adalah sosok
yang menyenangkan, tapi di waktu yang lain dia seperti seseorang yang siap
untuk membunuhku kapan saja. Aku bahkan pernah beberapa kali ingin dilempar
kursi olehnya. Aku akui bukan salahnya. Terkadang aku juga sedikit egois. Terkadang
aku juga menyangkal ucapannya, tapi semua yang kulakukan adalah demi ibu.
Ibuku adalah orang yang tegar. Dan
juga cerewet. Terkadang aku benci banyaknya kata yang sering diucapkannya
padaku. Dia lebih suka memarahiku. Aku jarang mendengar dia mengatakan bahwa
dia menyayangiku. Aku tak bisa membaca pikirannya. Terkadang aku heran,
bagaimana ibu bisa tahan menghadapi sifat temperamental ayah. Ayahku sangat
temperamental. Jika kau memberinya uang, maka dia akan bersikap baik padamu,
lalu kembali lagi dia seperti ingin membunuhku.
Di saat aku jenuh, terkadang aku
juga memikirkan tentang kematian. Di agamaku, manusia hidup hanya sekali. Tidak
seperti di drama yang nantinya akan ada proses reinkarnasi. Aku sering takut
saat akan memejamkan mata. Saat-saat sebelum tidur, aku takut bahwa aku tak
bisa menyapa esok lagi. Aku tak bisa mlihat orang-orang yang kusayang lagi.
Belum lagi memikirkan jika hidup hanya sekali, lalu mati dan selamanya hidup di
akhirat. Terkadang ketika memikirkan itu tanpa sadar aku meneteskan air mata.
Di saat aku jenuh, banyak sekali
yang muncul di pikiranku. Aku ingin hidup lebih baik. Aku ingin menikah. Aku
ingin bertemu denganmu yang nantinya akan jadi jodohku. Aku ingin merusak
kejenuhan ini. Ingin sekali.
Kamu, di saat kamu jenuh. Apa yang
kamu pikirkan?
Komentar