Apa yang salah dengan penulis indie? Gak ada yang salah, namun terkadang sebagian orang memandang rendah beberapa penulis indie. Skip dulu, sebenarnya siapa sih yang disebut penulis indie itu?
Menurut saya penulis indie adalah:
1. Penulis yang karyanya terbit melalui event-event yang diadakan penerbit Indie.
2. Penulis yang menerbitkan karyanya sendiri.
Gak dosa kok jadi penulis indie. Ada banyak hal untuk berkarya, apa salahnya menerbitkan karya dengan biaya kita sendiri?
Sedangkan memang kalau di penerbit Mayor kita mesti menunggu berbulan-bulan untuk sebuah karya yang diterima. Ya ... kalau diterima, kalau ditolak ya mesti cari penerbit lain. Bahkan untuk satu karya yang lolos di mayor dan terbit di toko buku itu butuh waktu tahunan. Ini yang tidak banyak orang ketahui tentang sebuah buku yang nangkring di toko buku.
Penulis indie memang tak mendapatkan royalti sebesar penulis mayor. Tapi ada juga beberapa penerbit indie yang memberikan royalti sesuai dengan MOU yang tertulis dan mereka sepakati.
Semua orang punya pilihan buat berkarya. Bahkan banyak penulis mayor yang sebelumnya adalah seorang penulis indie. Semua itu bertahap, gak ada yang instan. Menerbitkan karya kita sendiri juga sah-sah saja, bukankah penghargaan terbesar bagi seorang penulis adalah karyanya dibaca oleh orang lain?
Teruslah berkarya dan memberikan yang terbaik untuk bangsa ini, entah kamu penulis indie maupun penulis mayor. Hargailah sebuah karya, karena sesungguhnya membuat karya itu gak mudah. Di dalamnya ada mata yang rela bergadang, ada mata yang rela terkantuk-kantuk demi sebuah edita, ada editor yang rela gak piknik demi menyelesaikan editan orang lain, eh lah abaikan.
Meskipun di pandang sebelah mata, banyak karya penulis indie yang bagus kok. Terbit di mayor atau indie gak mempengaruhi kualitas tulisan sang penulis. Yang memengaruhi adalah kemampuan penulis itu sendiri, kemauan belajar dan memperbaiki tulisan.
Banyak cerpen dan puisi saya yang terbit di indie. Saya tak peduli apa kata orang, bagi saya hanya butuh niat yang tulus untuk berbagi cerita. Sementara royalti, uang, hadiah itu semuanya bonus. Apa yang kamu niatkan akan menjadi apa yang kamu kejar nantinya. So ... jangan dengarkan apa kata orang jika itu hanya membuatmu berubah pikiran untuk maju. Kadang yang suka nyinyir itu sebenarnya ngiri. Iya ngiri sama kamu. :)
Keep fighting buat teman-teman penulis, ayo berkarya untuk bangsa yang lebih baik :) Se-ma-ngat!
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan komentar, follow twitter @queenlionade facebook: Endang Indri Astuti, join site my blog ya?
![]() |
Dua karya saya di penerbit Indie :) |
Menurut saya penulis indie adalah:
1. Penulis yang karyanya terbit melalui event-event yang diadakan penerbit Indie.
2. Penulis yang menerbitkan karyanya sendiri.
Gak dosa kok jadi penulis indie. Ada banyak hal untuk berkarya, apa salahnya menerbitkan karya dengan biaya kita sendiri?
Sedangkan memang kalau di penerbit Mayor kita mesti menunggu berbulan-bulan untuk sebuah karya yang diterima. Ya ... kalau diterima, kalau ditolak ya mesti cari penerbit lain. Bahkan untuk satu karya yang lolos di mayor dan terbit di toko buku itu butuh waktu tahunan. Ini yang tidak banyak orang ketahui tentang sebuah buku yang nangkring di toko buku.
![]() |
Wajah-wajah serius ngedit :) |
Penulis indie memang tak mendapatkan royalti sebesar penulis mayor. Tapi ada juga beberapa penerbit indie yang memberikan royalti sesuai dengan MOU yang tertulis dan mereka sepakati.
Semua orang punya pilihan buat berkarya. Bahkan banyak penulis mayor yang sebelumnya adalah seorang penulis indie. Semua itu bertahap, gak ada yang instan. Menerbitkan karya kita sendiri juga sah-sah saja, bukankah penghargaan terbesar bagi seorang penulis adalah karyanya dibaca oleh orang lain?
Teruslah berkarya dan memberikan yang terbaik untuk bangsa ini, entah kamu penulis indie maupun penulis mayor. Hargailah sebuah karya, karena sesungguhnya membuat karya itu gak mudah. Di dalamnya ada mata yang rela bergadang, ada mata yang rela terkantuk-kantuk demi sebuah edita, ada editor yang rela gak piknik demi menyelesaikan editan orang lain, eh lah abaikan.
Meskipun di pandang sebelah mata, banyak karya penulis indie yang bagus kok. Terbit di mayor atau indie gak mempengaruhi kualitas tulisan sang penulis. Yang memengaruhi adalah kemampuan penulis itu sendiri, kemauan belajar dan memperbaiki tulisan.
Banyak cerpen dan puisi saya yang terbit di indie. Saya tak peduli apa kata orang, bagi saya hanya butuh niat yang tulus untuk berbagi cerita. Sementara royalti, uang, hadiah itu semuanya bonus. Apa yang kamu niatkan akan menjadi apa yang kamu kejar nantinya. So ... jangan dengarkan apa kata orang jika itu hanya membuatmu berubah pikiran untuk maju. Kadang yang suka nyinyir itu sebenarnya ngiri. Iya ngiri sama kamu. :)
Keep fighting buat teman-teman penulis, ayo berkarya untuk bangsa yang lebih baik :) Se-ma-ngat!
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan komentar, follow twitter @queenlionade facebook: Endang Indri Astuti, join site my blog ya?
Komentar