Langsung ke konten utama

Bernard Batubara dan Metafora Padma



“Yang pertama harus kamu tahu, tidak semua orang bisa tersentuh dengan apa yang kamu tulis. Jadi ketika suatu saat nanti tulisanmu belum bisa menyentuh hati orang lain, tidak apa, kamu masih bisa mencobanya lagi. Cara terbaik agar tulisanmu menyentuh hati orang lain adalah buatlah tulisan yang bisa menyentuh diri sendiri, kuncinya adalah dengan jujur pada diri sendiri,” ungkap Bernard Batubara dalam acara Menyingkap Metafora Padma di Gramedia Solo minggu kemarin.


Dalam kesempatan talkshow yang berlangsung selama dua jam kemarin, Bernard Batubara atau yang lebih akrab disapa Benz bicara soal buku terbarunya yang berjudul Metafora Padma. Merupakan buku terbaru Benz yang berisikan 14 cerpen yang ditulisnya dalam kurun waktu 2014-2016. Metafora Padma bisa dibilang salah satu karya Bernard yang bisa dibilang menyimpang dari karya-karya sebelumnya. Jika sebelumnya Bernard dikenal dengan buku-buku romancenya seperti Kata Hati, Jika Aku Milikmu, Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik Untuk Bunuh Diri, Milana dan beberapa buku lainnya, maka Metafora Padma bukanlah buku dengan genre yang sama.


Bernard sendiri mengakui bahwa awalnya di sempat ragu untuk menuliskan Metafora Padma, sebab buku ini sangatlah berkesan untuk dirinya. Terlebih karena dalam penulisan buku ini Bernard juga melibatkan pengalaman dirinya saat masih berusia delapan tahun di sebuah desa yang kebetulan terlibat konflik dua suku. Bagi Bara menuliskan cerpen-cerpen di dalam buku ini tidaklah mudah, selain riset, dia juga harus meolibatkan perasaan pribadi di dalamnya. Sekali pun begitu, Bernard berhasil menuliskannya dengan baik. Cerpen-cerpen di dalamnya tidak hanya mengangkat tema kekerasan antar suku, juga meninggalkan pesan untuk para pembacanya.


Bernard mengaku butuh waktu yangcukup lama untuk meneliskan cerpen-cerpen di buku Metafora Padma, karena ia mempersiapkan ide dan riset sematang mungkin. Kehadiran Metafora Padma juga disambut dengan baik oleh para pembaca karya Bernard, banyak yang bilang bahwa Bernard menuliskan sesuatu yang lain di buku ini.


Buku yang besampulkan bunga Padma yang merupakan lambang dari kesucian, Bernard seolah ingin bicara dengan para pembaca bukunya bahwa seburuk apapun masa lalu, kau tidak harus menjadi buruk dengan membenci orang lain atau pun menyakitinya. Buku ini mengajak kita bersikap lebih bijaksana dalam menghadapi konflik tanpa mengesampingkan pesan moral di dalamnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Novel: Belahan Jiwa, Saat Dia Selalu Bersamamu, Cinta itu Telah Hadir

Jangan dibuka trailer di atas kalau gak mau kayak aku, langsung lari ke Indomaret buat ngambil novel Belahan Jiwa karya Nuniek KR ini :). Sumpah dendam banget sama yang buat trailer, maksudnya apa coba, bikin trailer yang bisa bikin nangis dari detik pertamanya di play (Pas iklannya, Plak). Tapi beneran aku sempat menitikkan air mata waktu liat trailer ini. Ciyus. Buat Bang Roll, hebat banget bisa bikin trailer keren kayak gini. Kamu utang 1 tetes air mataku, Bang. Hiks T_T

Temukan Apa yang Kamu cari Hanya Dalam Satu Klik, Mulai dari Fashion, Tren, Berita hingga Tips Relationship semua ada di IDN Times.

                 Dunia dalam satu klik,mungkin itu satu kata yang bisa menggambarkan era digitalisasi saat  ini. Tidak dapat dipungkiri setiap hari kita bergelut dengan yang namanya internet. Mulai dari kebutuhan mengakses sosial media seperti facebook, instagram, twiter hingga membaca berita di media digital atau mengakses informasi lainnya.

Apa yang aku pikirkan saat aku jenuh?

                        Ada banyak hal yang akhir-akhir ini membuatku sangat jenuh menjalani hidup. Tidak seperti biasanya saat aku mempunyai waktu luang, hari-hari yang libur untuk menikmati drama korea, tapi mendadak semuanya hambar.