Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember 11, 2016

Cerpen Perkenalan (Flores Sastra, 17 November 2016)

Aku terbangun dini hari. Kurasakan seseorang menarik-narik kerah bajuku. Tapi k etika aku menoleh, Ragiel tengah tertidur pulas menghadap arah yang berlawanan. Firasatku tidak enak. Sejak pertama masuk ke rumah ini, aku merasakan ada sesuatu yang berbeda.   Ragiel satu-satunya teman laki-laki yang kukenal di Jogja. Sebenarnya temanku banyak, namun aku hanya dekat pada Ragiel saja. Sebulan yang lalu aku menyampaikan pada Ragiel dan beberapa temanku bahwa aku akan ke Jogja. Tujuan utamaku adalah mengambil honor di salah satu koran sekalian jalan-jalan. Beberapa teman menawariku tempat tinggal selama aku berada di Jogja. Namun, aku lebih memilih tinggal bersama Ragiel untuk beberapa hari ke depan. Sepertinya, sekarang aku sedikit menyesali keputusanku menerima tawaran Ragiel.

Esai "Sastra, Humor, dan Realita" (Dimuat di Radar Mojokerto, 4 Desember 2016)

"Menulis adalah cara saya menghibur diri sendiri. Seseorang tidak bisa menghibur orang lain jika tidak bisa menghibur dirinya sendiri." (Gunawan Tri Atmodjo). 1. Sastra dan Humor Seringkali kita membaca cerpen di koran dan menemukan banyak cerpen yang berakhir dengan kesedihan maupun bahagia, namun kita akan jarang menemukan cerpen-cerpen dengan humor yang mampu memancing tawa, bahkan menghibur para pembacanya. Terlebih menjadi hiburan akhir pekan bagi para pembacanya. Kejenuhan itu yang dirasakan oleh Gunawan Tri Atmodjo, penulis buku Sundari Keranjingan Puisi, yang kemudian memutuskan untuk menyisipkan humor dalam cerpen-cerpennya.

Menjajal Sastra di Jalur Basabasi (Harian Surya, 23 November 2016)

Mendengar nama Diva Press sebagai salah satu penerbit di Indonesia, tentunya tidak asing lagi, terlebih mendengar nama Pak Edi Mulyono atau Edi A.H. Iyuhbenu sebagai pemiliknya. Kini, Divapress mengusung satu penerbit baru yang menjadi wadah bagi para penulis. Penerbit yang sebelumnya bernama Pelangi, lalu berganti menjadi Penerbit Basabasi ini seperti memberikan angin segar di jalur indie. Jika biasanya menerbitkan naskah secara indie, par a penulis harus membayar biaya untuk naskahnya, maka tidak bagi naskah-naskah yang diterima di penerbit Basabasi. Penulis justru dibayar jika naskahnya lolos seleksi. Tentunya dengan seleksi ketat yang dilakukan oleh Pak Edi Mulyono, Kian Santang, Joni Ariadinata dan para kurator Basabasi. . Dalam Roadshow sastra perjuangan yang diadakan di Balai Sudjatmoko (19/11) Pak Edi mengungkapkan bahwa memerjuangkan sastra di negeri ini memang tidaklah mudah, tapi berkat dukungan dari teman-temannya dan tentunya untuk dunia literasi sendiri