Jadi juri event, enak gak? Duh jangan ditanya enaknya deh, kenapa? Karena sulit diungkapkan dengan kata-kata. jadi juri, diuber-uber peserta ampe dikatain gak profesional baru kali ini saya rasakan.
Jadi juri itu sebenarnya ujian, ujian mental dan , ketulusan, kesabaran dan keuletan. Event ini memang udah lama saya impikan. Saya ingin membuat event tentang Romantic Story, alhamdulillah saya diberi kesempatan plus kepercayaan sama Bunda Anisa Ae, owner penerbit Ae Publishing.
Suka duka jadi juri event ini? Sukanya dulu ya, saya tahu gimana rasanya punya impian, dan lewat event ini saya ingin membantu mewujudkan sedikit impian mereka. Alhamdulillahnya banyak teman-teman saya yang mau menjadi penulis tamu di Event ini. Siapa sih yang gak pengen sebuku dengan para penulis yang karyanya sudah mejeng di toko buku? Alhamdulillah lewat event ini saya bisa mewujudkannya.
Dukanya, ah bukan duka tepatnya tapi halangannya. Ada beberapa kendala dalam event ini, pertama partner juri saya sibuknya setengah mati. Kebetulan dia sedang ada acara pemilihan kontes gitu, jadi dia gak bisa handle event ini. Dari awal saya sudah membayangkan enaknya duetan PJ, tapi ternyata kali ini saya memang duetan PJ tapi dibalik itu saya PJ Single Fighter. Karena mulai dari share ke grup, ngejuri naskah ini dan memilah yang terbaik saya mengerjakan sendiri. Belum juga saya mesti berjibaku dengan kesibukan lainnya, mesti pinter-pinter bagi waktu.
Ada juga seorang peserta yang sukses bikin saya kesal dan naik darah, padahal saya udah berusaha sabar menjawab pertanyaan dia yang seabreg. Ujung-ujungnya dia bahkan bilang "Mbak akan tetap profesional kan dalam menilai event ini?" Hello ... kalau saya mau saya bisa aja diskualifikasi naskahnya, tapi apa? Naskahnya bahkan masuk jadi kontributor, yang saya nilai memang naskahnya tapi tolong perhatikan attitude juga.
Yah ... mungkin memang ini cara Tuhan untuk membuat saya lebih sabar, saya yakin Tuhan pasti merencanakan yang terbaik.
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan komentar, join site my blog, follow my twitter @queenlionade facebook: Endang Indri Astuti.
Jadi juri itu sebenarnya ujian, ujian mental dan , ketulusan, kesabaran dan keuletan. Event ini memang udah lama saya impikan. Saya ingin membuat event tentang Romantic Story, alhamdulillah saya diberi kesempatan plus kepercayaan sama Bunda Anisa Ae, owner penerbit Ae Publishing.
Suka duka jadi juri event ini? Sukanya dulu ya, saya tahu gimana rasanya punya impian, dan lewat event ini saya ingin membantu mewujudkan sedikit impian mereka. Alhamdulillahnya banyak teman-teman saya yang mau menjadi penulis tamu di Event ini. Siapa sih yang gak pengen sebuku dengan para penulis yang karyanya sudah mejeng di toko buku? Alhamdulillah lewat event ini saya bisa mewujudkannya.
Dukanya, ah bukan duka tepatnya tapi halangannya. Ada beberapa kendala dalam event ini, pertama partner juri saya sibuknya setengah mati. Kebetulan dia sedang ada acara pemilihan kontes gitu, jadi dia gak bisa handle event ini. Dari awal saya sudah membayangkan enaknya duetan PJ, tapi ternyata kali ini saya memang duetan PJ tapi dibalik itu saya PJ Single Fighter. Karena mulai dari share ke grup, ngejuri naskah ini dan memilah yang terbaik saya mengerjakan sendiri. Belum juga saya mesti berjibaku dengan kesibukan lainnya, mesti pinter-pinter bagi waktu.
Ada juga seorang peserta yang sukses bikin saya kesal dan naik darah, padahal saya udah berusaha sabar menjawab pertanyaan dia yang seabreg. Ujung-ujungnya dia bahkan bilang "Mbak akan tetap profesional kan dalam menilai event ini?" Hello ... kalau saya mau saya bisa aja diskualifikasi naskahnya, tapi apa? Naskahnya bahkan masuk jadi kontributor, yang saya nilai memang naskahnya tapi tolong perhatikan attitude juga.
Yah ... mungkin memang ini cara Tuhan untuk membuat saya lebih sabar, saya yakin Tuhan pasti merencanakan yang terbaik.
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan komentar, join site my blog, follow my twitter @queenlionade facebook: Endang Indri Astuti.
Komentar