Langsung ke konten utama

Kang Acil, Menulis dan Berkah Doa Ibu (Dimuat di Radar Mojokerto, Minggu, 20 Desember 2015)



Dulu dikenal sebagai seorang preman, kemudian sekarang berubah menjadi seorang penulis novel adalah sebuah cerita nyata seorang Kang Acil. Kurniawan Al Isyhad atau yang sering dikenal dengan Kang Acil, seorang pemuda yang mampu keluar dari jalanan dan membuat hidupnya lebih baik dengan menulis. Sebenarnya saya sudah lama mengenal pria ini, karena sempat beberapa kali menjadi pembawa acara Kelas Sabar di grup Goresan Pena Sang Penulis, serta Kelas Mimintalk di Antologi Es Campur yang kebetulan kedua kelas itu pernah mengundang Kang Acil sebagai pengisi kelas di sana.


Dalam sharing kedua kelas itu ada banyak hal yang kami bicarakan, mulai dari sharing kepenulisan, tanya jawab tentang tips kepenulisan hingga berbagi pengalaman hidup penulis novel Syahadat Cinta Sang Atheis ini. Mendengar kisah hidupnya membuat saya ingin menangis, terlebih karena dia memulai awal karier menulisnya dari dunia yang bisa dibilang cukup keras kehidupannya. Kang Acil adalah penulis novel Jejak-Jejak Hujan, Bidadari Surgaku, Dan Cinta pun Berkiblat Padanya, Lafal Cinta, Syahadat Cinta Sang Atheis, Mencintaimu Apa Harus Sesakit ini dan dua novel lainnya yang sedang menanti terbit di mayor.

Tak mudah baginya yang seorang mantan anak jalanan dan preman ini melewati masa-masa suram hidupnya. Kisahnya berawal dari menjadi anak jalanan, “Awal mula saya terjun di jalanan adalah ketika kelas dua SMP. Saya menjadi seorang pengamen, akibat uang jajan selalu kurang. Saya juga ingin meringankan beban ibu saya yang cuma sebagai seorang pembantu rumah tangga untuk bertahan hidup. Satu-satunya cara mendapatkan uang saat itu ya hanya dengan mengamen,” tutur pemilik twitter @alisyhad212 tersebut. 

Kang Acil sempat terjebak dalam dunia narkoba, bahkan dia mengaku seorang mantan penghisap ganja sewaktu SMP. Kerika ditanya alasannya, dia salah berpikir bahwa ganja bisa membuatnya percaya diri saat di panggung, tutur mantan anak band tersebut. Namun masa-masa suram hidupnya berakhir ketika ayahnya tahu bahwa dia pengguna narkoba. Saat itu ibunya menangis, karena sang ayah marah besar padanya. Sejak kecil ia tak pernah tega jika ada orang yang membentak sang ibu, terlebih melukainya. “Sejak saat itu ibu membuang saya ke pondok pesantren. Di sanalah saya mendapat nama Al Isyhad. Saya juga terbebas dari kecanduan. Namun efek narkoba masih terasa, dosis obat saya berbeda dengan orang normal. Jika sakit satu obat saja tak cukup bagi saya, bahkan saya harus mengkonsumsi 8 butir sekaligus baru terasa khasiatnya,” ceritanya pada saya beberapa hari yang lalu.


Pelajaran hidup dari jalanan tentunya memberikan pelajaran berharga bagi Kang Acil, lelaki yang kini tengah sibuk menulis dan mengisi harinya dengan membuka bimbingan penulis novel tersebut juga tak segan-segan berbagi proses kreatif menulisnya kepada penulis lain. Pemilik facebook Kang Acil ini ketika ditanya motivasi menulis oleh seorang GPSP lovers dalam sharing beberapa bulan yang lalu dia menjawab,” Motivasi menulis saya adalah ibu dan saya terbebas dari narkoba pun juga karena ibu,” tutur pria kelahiran Cimahi ini. Awal menulisnya pun juga tak disengaja, berawal dari iseng sampai akhirnya kini dia bisa menjadi seorang novelis.

Baginya menulis adalah hidup dan penghidupan. Disebut olehnya hidup, karena tanpa menulis seperti ada sesusatu yang kurang dan penghidupan, karena menulis sebagai salah satu cara untuk mendapatkan rezeki dari Tuhan. Untuk menjadi penulis memang tak mudah, terkadang kritikan tajam sering kita terima. Dan tak jarang pula karena kritikan tersebut banyak yang tumbang sebelum berperang, ketika ditanya tentang masalah menghadapi kritikan Kang Acil berkata seperti ini, “Anggaplah kita sebuah pohon dan kita tahu kan sebatang pohon tidak akan bisa tumbuh subur tanpa pupuk. Dan semua tahu pupuk yang bagus itu adalah kotoran. Jadi anggap saja kritikan itu sebagai pupuk untuk membuatmu tumbuh menjadi pribadi yang luhur. Tanpa kritikan jiwamu bisa kontet dan haus akan pujian,” ungkap penulis novel Mencintaimu Apa Harus Sesakit ini tersebut.

Ada satu hal yang mengusik saya untuk ditanyakan, kira-kira berapa kali Kang acil menerima penolakan dari penerbit? Dan jawabannya sungguh mencengangkan, pria ini hanya ditolak sekali oleh penerbit, yang lainnya novelnya mulus diterima penerbit. Bagi saya itu luar biasa, pasalnya sulit untuk menembus penerbit mayor yang notabene selektifnya sangat ketat. Usut punya usut ternyata Kang Acil mempunyai rahasia novelnya bisa diterima oleh penerbit, selain mungkin karena memang novelnya bagus, ada satu rahasia yang dimilikinya. “Agak tak masuk akal sih menurut orang. Biasanya setelah selesai menulis saya minta ibu untuk membaca naskah meski hanya satu paragraf. Lalu saya tanya bagus apa tidak. Kalau ibu bilang itu bagus, saya meminta beliau untuk menyebut judul novel saya ketika berdoa. Padahal ibu saya cuma seorang pembantu , namun saya yakin ibu lebih mulia dari malaikat, dan doa ibu kepada seorang anaknya tak ada penghalangnya,” gumam Kang Acil.


Sebuah proses panjang untuk kembali dari dunia yang bisa dikatakan gelap ke kehidupan yang lebih baik. Selain kerja keras, konsisten dan kemauan untuk menulis, mungkin memang benar sebuah doa ibu menjadi berkah tersendiri bagi Kang Acil. Kita dapat mengambil pelajaran dari Kang Acil bahwa setiap orang bisa menentukan perubahan pada dirinya sendiri. Karena hidup kita bukan berada di tangan orang lain dan tulisan kita berada di tangan kita sendiri baik dan buruknya. Mari menginspirasi, mari menulis. Salam pena.

Terima kasih sudah membaca, jangan lupa tingalkan komentar, joinsite dan follow my twitter, facebook dan lain-lainnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Novel: Belahan Jiwa, Saat Dia Selalu Bersamamu, Cinta itu Telah Hadir

Jangan dibuka trailer di atas kalau gak mau kayak aku, langsung lari ke Indomaret buat ngambil novel Belahan Jiwa karya Nuniek KR ini :). Sumpah dendam banget sama yang buat trailer, maksudnya apa coba, bikin trailer yang bisa bikin nangis dari detik pertamanya di play (Pas iklannya, Plak). Tapi beneran aku sempat menitikkan air mata waktu liat trailer ini. Ciyus. Buat Bang Roll, hebat banget bisa bikin trailer keren kayak gini. Kamu utang 1 tetes air mataku, Bang. Hiks T_T

Nila Asam Manis Pedas Ala Warung Mbak Diah Pedan

Menikmati weekend dengan makan di tempat yang rindang, sejuk dengan panorama khas pedesaan memang jadi dambaan semua orang. Seperti yang saya lakukan dengan teman-teman saya beberapa waktu yang lalu. Mencari makanan enak di kota kami, Klaten memang tidak cukup sulit. Hanya saja kadang untuk mencari lokasinya sedikit sulit, tapi untungnya sekarang ada aplikasi Opensnap jadi gak perlu repot buat cari lokasi tempat makan favorit. Hm ... Mandanginnya ampe segitunya :)

10 Menu Makanan yang Wajib Banget Kamu Cicipin Kalau Berkunjung Ke Coconuts Resto

Solo emang surganya kuliner, gak jarang kalau pas ke solo pasti aku menyempatkan waktu untuk sekadar jalan-jalan atau sekadar mencicipi wisata kuliner di kota yang memiliki julukan Spirit Of  Java.  Beberapa minggu yang lalu aku sempat ke Solo untuk mengunjungi kakakku. Selagi di Solo, maka gak afdhol kalau gak jalan-jalan atau wisata kulineran. Aku pun mengajak seorang teman untuk jalan bareng, kebetulan dia orang solo dan tahu solo banget.  Namanya Mbak Ana. Aku pun janjian dengan Mbak Ana untuk wisata kulineran bareng. Kami janjian di Hartono Mall Solo baru, karena tempat itu yang paling dekat dengan rumah kakakku. Aku pun segera bersiap dan berangkat ke Hartono Mall. Enggak butuh waktu lama. 10 menit aja nyampe, setelah parkir mobil aku pun menunggu di area VIP parking agar mbak Ana lebih mudah menemukanku.