Ada pemandangan tak biasa ketika
saya mengikuti Workshop menulis bersama FLP Solo Jum’at 12 Februari lalu.
Pasalnya saya seperti peserta lomba yang tersesat diantara puluhan anak-anak
SD. Ini beneran lomba cernak untuk umum bukan sih, kok pesertanya anak-anak SD?
Saya yang paling besar sendiri dong.
Duh! Jawaban atas pertanyaan saya terjawab
di sesi workshop. Sebenarnya memang FLP Solo mengadakan lomba cernak untuk
umum, namun ternyata antusiasme anak-anak SD dan SMP sangat tinggi. Bahkan para
panitia yang semula hanya memilih 3 juara untuk satu kategori, rela menambah 1
juara lagi untuk satu kategori tambahan. Rasanya tak fair bila menandingkan
naskah milik anak-anak dengan milik orang dewasa, oleh karena itulah panitia
mengambil kebijakan tersebut.
Workshop berlangsung selama satu
setengah jam dengan pembicara Opik Oman, penulis novel Cinta Dalam Diam,
Kutukan Gadis Biru, Sabotase Opor dan beberapa novel lainnya. Beliau pulalah
ketua Forum Lingkar Pena Solo. Uniknya Mas Opik Oman ini memilih menerbitkan
sendiri novel yang ditulisnya. Bukan dengan menerbitkan di penerbit indie
maupun mayor, namun dia menerbitkan novelnya dengan cara di fotokopi dan
dijilid sendiri. Rata-rata satu novel dia jual sekitar sepuluh ribu rupiah.
Mas
Opik juga membagikan pengalaman-pengalaman menulisnya kepada anak-anak dan
peserta workshop yang hadir. Bahkan diantara anak-anak SD dan SMP maupun SMA
yang mengikuti workshop banyak diantara mereka yang sudah mempunyai proyek
untuk membuat buku maupun novel. Luar biasa bukan? Bayangkan di usia sebelia
mereka dikarunia bakat dan kemauan untuk belajar menulis. Bisa jadi beberapa
tahun lagi mereka adalah penulis-penulis hebar Indonesia.
Di tengah-tengah workshop, ada juga
acara pembacaan puisi oleh Mas Agus R dan Mas Ipul yang sempat membuat para
penonton menahan napas dan merinding mendengar puisi mereka. Mas Opik Oman juga
membagikan bagaimana caranya untuk menjadi seorang penulis. Salah satunya
adalah dengan Sumpah Palapa seorang penulis. Sumpah palapa penulis adalah
sebuah janji pada diri sendiri untuk menyelesaikan apa yang kita tulis. Selain
itu Mas Opik juga memberikan pengetahuan tentang penerbit indie, penerbit mayor
dan segudang tips menulis lainnya. Sambil menyelam minum air, itulah yang
dirasakan para peserta lomba dan Workshop FLP Solo. Semoga nantinya ajang ini
akan berkelanjutan dan mampu melahirkan bibit-bibit baru penulis Indonesia. Ayo
menulis!
Baca versi onlinenya di http://surabaya.tribunnews.com/2016/02/23/ingin-jadi-penulis-hebat-ayo-sumpah-palapa-dulu
Baca versi onlinenya di http://surabaya.tribunnews.com/2016/02/23/ingin-jadi-penulis-hebat-ayo-sumpah-palapa-dulu
Komentar