Sabtu
sore, sepulang jagong di salah satu
gedung di Solo, Lady Cempluk langsung pergi ke salah satu toko buku yang berada
di lantai tiga sebuah Mall gaul di kota ini. Tanpa ganti baju dulu, masih
dengan dandannya sesusai jagong dengan pedenya dia memaduki toko buku tersebut.
Beberapa karyawan yang sempat melihat kedatangannya banyak yang melihatnya
sambil prengas-prenges tak jelas. Lady Cempluk yang udah kepalang
pede dengan penampilannya yang cantik pun tak peduli.
Dengan santai dia memilih beberapa
novel lalu membawanya ke kasir. Di kasir pun, seorang pelayan bernama Jon
Koplo, terlihat dari namanya di name tag
juga seperti menertawakannya.
“
Ngopo sih Mas, ngguya-ngguyu wae. Aku ayu tho?” gumam Lady Cempluk dengan
pedenya. Beberapa pengunjung yang melihat Lady Cempluk pun turut
menertawakannya. Lady Cempluk yang merasa risih diperhatikan seperti itu pun
langsung bertanya kepada Jon Koplo, si penjaga kasir.
“Nggak papa kok, Mbak. Hanya saja
ehm … anu … ehm .. eng ….,” ujar Jon Koplo ragu mengatakannya.
“Anu-anu apa? Ngomong yang jelas
dong,” gumam Lady Cempluk. Jon Koplo tak menjawab, dia malah memberikan sebuah
cermin kepada Lady Cempluk. Betapa kagetnya Lady Cempluk ketika mengetahui ada
coretan hitam di wajahnya.
“Pasti gara-gara cipika-cipiki sama nganten tadi, jadinya paesnya
ke mana-mana,” ujarnya kesal. Dengan malu dia menutup wajahnya dengan tas
keluar dari toko buku.
*ini adalah tulisan saya sebelum proses pengeditan :)
Komentar