Langsung ke konten utama

Mencari “Suara” Seorang Penulis (Dimuat di Radar Mojokerto 2 April 2017)


            “Jadilah dirimu sendiri dalam menulis. Cari suaramu.” (Primadona Angela)

            Menulis adalah sebuah kebebasan. Bagi saya menulis adalah kebebasan seseorang untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang ada di kepala. Lain lagi dengan Gunawan Tri Atmodjo yang pernah berkata, menulis menghibur diri sendiri.


            Seorang teman pernah berkata kepada saya, dia ingin menjadi seorang Boy Chandra. Dia ingin menulis sama persis seperti penulis Satu Hari di 2018 tersebut. Lalu saya bilang kepada teman saya tersebuh, lebih baik dia tidak usah menulis. Bukan karena saya tidak menyukai Boy Chandra, saya juga pembaca karya Boy, tapi karena saya ingin teman saya tersebut menjadi dirinya sendiri saat menulis.

            Siapa yang tak ingin bisa menulis seperti Boy Chandra, Tere Liye, Edgar Alan Poe, Sigmun Freud dan penulis-penulis terkenal lainnya? Tentunya beberapa dari kita mempunyai keinginan untuk menjadi seperti mereka. Meniru orang lain boleh saja, tapi menjadi diri sendiri tentunya lebih baik.

            Seorang penulis dihadapkan dalam berbagai ketakutan ketika ingin menulis. Hal itu dapat kita kelompokkan menjadi 3 ketakutan, sebelum menulis, saat menulis dan setelah selesai menulis. Sebelum menulis, beberapa dari teman saya sering bilang bahwa mereka menemui ketakutan sebelum memulai sebuah tulisan. Hal ini juga pernah saya alami. Tidak hanya sekali. Beberapa kali naskah yang saya tulis tidak selesai, bahkan ada yang masih mengendap di dalam folder. Sampai saat ini saya juga masih mengalami ketakutan saat menulis. Berkali-kali saya harus menyakinkan diri sendiri untuk bisa menulis lagi.

            Ketakutan saat menulis, ketika menulis pun seorang penulis juga dihadapkan dengan ketakutan lainnya. Seperti takut naskahnya akan jelek atau takut naskahnya nanti ditolak penerbit/media. Hal ini seringkali dialami oleh beberapa penulis. Setiap kali menemui ketakutan ini, saya selalu berkata kepada diri sendiri bahwa “Tidak ada naskah yang jelek, semua itu adalah proses, dan setiap draft awal tidak harus sempurna.”

            Setelah menyelesaikan tulisannya pun seorang penulis juga masih dihadapkan dengan ketakutan lainnya diantara bayang-bayang kegagalan, takut ditolak media sebelum mengirimkannya, tidak percaya diri untuk mengirimkan naskah ke media, bagaimana tanggapan pembaca dan beberapa ketakutan lainnya. Menjadi penulis tak akan pernah lepas dari ketakutan-ketakutan tersebut. Tapi sebagai seorang penulis kita harus bisa keluar dari ketakutan kita sendiri. Menulis adalah sebuah tantangan, lebih tepatnya tantangan kepada diri kita sendiri untuk bisa menyingkirkan rasa malas, takut dan putus asa.

            Berbicara tentang tantangan, tantangan menulis di era digital tentunya juga tak mudah. Seperti yang kita tahu, berdasarkan survei, minat baca di negeri ini sangatlah minim, di bawah angka satu persen. Selain itu ada beberapa media cetak yang tidak menediakan lagi ruang untuk para penulis. Namun di sisi lain, munculnya media online seperti Wattpad, Novel Nusantara menjadi portal online yang cukup dimiknati para pembaca. Beberapa cerita dari Wattpad pun sudah ada yang sukses melirik minat penerbit untuk menerbitkannya dalam bentuk buku.

            Antara lain The oldest Boyfriend, Maps, Matt & Mou, The Perfect Husband, Bad Romance dan masih banyak lagi naskah yang awalnya dari Wattpad lalu diterbitkan. Jika kita berkunjung ke toko buku, mata kita tidak hanya akan dimanjakan oleh buku-buku sastra, buku-buku Tere Liye, Pidi Baiq dan beberapa penulis terkenal lainnya. Seolah berlomba-lomba para penulis Wattpad pun mulai memenuhi beberapa rak di toko buku.

            Predikat “Best Seller” buku Wattpad  tidak lagi dihitung dari banyaknya penjualan buku tersebut. Buku-buku di wattpad seringkali melabeli arti kata best seller dengan “Dibaca satu juta kali”, “Dibaca sekian ribu kali.”. Banyaknya viewers ataupun pembaca di Wattpad  menjadi label baru untuk mengatakan bahwa naskah tersebut sukses di  pasaran (wattpad) dan best seller. Di sisi lain Wattpad adalah sebuah peluang baru bagi para penulis. Munculnya para penulis baru di wattpad bisa menjadi ukuran bahwa di negeri ini profesi seorang penulis masih diminati banyak orang. Tapi seharusnya minat tersebut  diimbangi dengan pengetahuan dasar seorang penulis seperti EYD/ EBI agar tulisan di wattpad menjadi lebih rapi. Menurut saya beberapa naskah di Wattpad terkadang hanya mementingkan alur dan konflif, dan mengesampingkan masalah EYD. Mungkin bagi para pembaca awam tentunya tidak masalah, tapi bagi para pembaca yang mengerti EYD/ EBI hal tersebut tentunya akan sedikit mengganggu pemandangan saat membaca. Setiap hari ada jutaan naskah yang bisa dibaca di Wattpad, tidak hanya penulis dari Indonesia, tapi juga penulis dari luar negeri. Pasar pembaca dan tren saat ini juga sedang berada di buku yang berasal dari Wattpad. Tapi bukan berarti tren tersebut akan bertahan lama. Pasar pembaca di negeri ini bisa berubah setiap saat.

            Alangkah indahnya jika menulis untuk diri kita sendiri. Bukan hanya sekadar mementingkan keinginan penerbit atau media. Tulislah apa yang kita suka. Jangan apa yang penerbit atau media suka. Terlepas dari beberapa kungkungan yang terkadang masih mengikat seorang penulis, menjadi diri sendiri saat menulis adalah sesuatu yang menyenangkan. Tidak peduli diterima atau tidak, pada akhirnya menjadi diri sendiri saat menulis seperti menyuarakan ide dalam kepala kita dengan suara kita sendiri. Bukan dengan suara orang lain. Penulis ada bukan hanya untuk menulis, tapi terkadang untuk menyuarakan hal-hal lain seperti kemanusiaan, ketidakadilan dan lain-lain. Jadilah penulis yang bisa menyuarakan diri sendiri dan juga orang lain.

            (Klaten, 21 Maret 2017)
           


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Novel: Belahan Jiwa, Saat Dia Selalu Bersamamu, Cinta itu Telah Hadir

Jangan dibuka trailer di atas kalau gak mau kayak aku, langsung lari ke Indomaret buat ngambil novel Belahan Jiwa karya Nuniek KR ini :). Sumpah dendam banget sama yang buat trailer, maksudnya apa coba, bikin trailer yang bisa bikin nangis dari detik pertamanya di play (Pas iklannya, Plak). Tapi beneran aku sempat menitikkan air mata waktu liat trailer ini. Ciyus. Buat Bang Roll, hebat banget bisa bikin trailer keren kayak gini. Kamu utang 1 tetes air mataku, Bang. Hiks T_T

Nila Asam Manis Pedas Ala Warung Mbak Diah Pedan

Menikmati weekend dengan makan di tempat yang rindang, sejuk dengan panorama khas pedesaan memang jadi dambaan semua orang. Seperti yang saya lakukan dengan teman-teman saya beberapa waktu yang lalu. Mencari makanan enak di kota kami, Klaten memang tidak cukup sulit. Hanya saja kadang untuk mencari lokasinya sedikit sulit, tapi untungnya sekarang ada aplikasi Opensnap jadi gak perlu repot buat cari lokasi tempat makan favorit. Hm ... Mandanginnya ampe segitunya :)

10 Menu Makanan yang Wajib Banget Kamu Cicipin Kalau Berkunjung Ke Coconuts Resto

Solo emang surganya kuliner, gak jarang kalau pas ke solo pasti aku menyempatkan waktu untuk sekadar jalan-jalan atau sekadar mencicipi wisata kuliner di kota yang memiliki julukan Spirit Of  Java.  Beberapa minggu yang lalu aku sempat ke Solo untuk mengunjungi kakakku. Selagi di Solo, maka gak afdhol kalau gak jalan-jalan atau wisata kulineran. Aku pun mengajak seorang teman untuk jalan bareng, kebetulan dia orang solo dan tahu solo banget.  Namanya Mbak Ana. Aku pun janjian dengan Mbak Ana untuk wisata kulineran bareng. Kami janjian di Hartono Mall Solo baru, karena tempat itu yang paling dekat dengan rumah kakakku. Aku pun segera bersiap dan berangkat ke Hartono Mall. Enggak butuh waktu lama. 10 menit aja nyampe, setelah parkir mobil aku pun menunggu di area VIP parking agar mbak Ana lebih mudah menemukanku.