Langsung ke konten utama

Jurus Menulis Tanpa Beban (Dimuat di Radar Mojokerto, 30 April 2017)



            ”Jika kamu menulis dengan beban, maka yang kau hasilkan adalah beban, bukan sebuah tulisan.” (Asef Saeful Anwar)

1.      Menulis Bukanlah Beban
Menulis bukanlah suatu beban, meski terkadang cukup menguras tenaga dan pikiran. Dalam suatu diskusi di Festival Sastra Basabasi yang digelar Sabtu, 22 April 2017, Asef Saeful Anwar mengatakan bahwa menulis bukanlah suatu beban. Penulis Al Kudus ini juga memberikan beberapa tips mengenai menulis prosa. Didampingi oleh Eko Triono sebagai moderator, Asef Saeful Anwar dan Ken Hanggara membuka sesi diskusi dengan menceritakan proses kreatif mereka.

Asef yang lahir di Cirebon mengawali karir menulisnya karena kecintaannya membaca. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Berawal dari kecintaannya membaca, Asef mulai menulis. Tulisannya pernah diterbitkan dalam beberapa buku, salah satunya adalah buku terbarunya Al Kudus yang baru saja terbit di Penerbit Basabasi.
Selepas SMP, Asef menjalani kehidupan di pesantren. Asef bukan tipe orang yang mudah bergaul, sebagian waktunya di pesantren dia habiskan untuk membaca. Karena itu merupakan satu-satunya pelariannya dalam mengisi waktu di pesantren. Dari kecintaannya terhadap membaca kemudian dia menulis.
Berbeda dengan Ken yang mengawali cita-citanya menjadi penulis dari sebuah buku kliping cerpen koran yang dia temukan di kamar kakak pertamanya. Buku itu milik sepupunya yang dihadiahkan kepada kakaknya Ken, sampai sekarang buku itu menjadi salah satu buku yang berpengaruh dalam karir kepenulisan Ken Hanggara.
Bagi mereka, menulis bukanlah suatu beban. Ken meluangkan waktunya untuk menulis minimal satu cerpen per hari. Menulis secara teratur bisa jadi cara untuk menjaga konsistensi seorang penulis. Awalnya mungkin tidak mudah, tapi jika kita lakukan dengan hati yang ikhlas dan bahagia, menulis bukanlah suatu beban lagi bagi kita.

2.      Filosofi sebuah Penderitaan
Sesi pertama Festival Sastra Basabasi yang diadakan oleh Penerbit Divapress dan Penerbit Basabasi dibuka dengan perbincangan hangat mengenai teknik menulis prosa. Diskusi ini seharusnya diisi oleh tiga narasumber; Ken Hanggara, Asef Saeful Anwar, Yetti A.KA, Namun sayangnya Mbak Yetti A.KA berhalangan hadir.  Banyak pelajaran yang saya dapatkan selama mengikuti sesi diskusi. Ada banyak ilmu baru yang saya dapat dari pembicaraan kedua narasumber selama sesi pertama.
Salah satunya adalah bagaimana menjalani proses dengan sabar sebagai seorang penulis. Ken sempat tidak menyangka bahwa dirinya bisa terjun ke dunia menulis. Sebelumnya menjadi penulis adalah cita-citanya saat kecil setelah menemukan buku kliping milik saudaranya tersebut. Bertahun-tahun berlalu Ken harus menjalani proses panjang mulai dari merantau, menjadi anak band sampai dia menemukan keberanian untuk mulai menulis.
Awalnya Ken sempat mengalami keterbatasan fasilitas dengan tidak adanya laptop, tapi keterbatasan fasilitas tidak menjadikan Ken putus asa. Dia pergi ke warnet dan sering menghabiskan waktu 3 jam di warnet untuk menulis satu cerpen. Setiap tiga jam yang dia habiskan, hanya mampu menghasilkan sebuah cerpen 1, 5 halaman. Tapi Ken tidak menyerah, dia tak pernah putus asa dan menjalani proses dengan sabar. Karyanya dikritik, ditolak berkali-kali sudah pernah dia alami. Kesabaran menjalani proses ternyata membawanya hingga seperti sekarang ini.
Menjadi penulis di Indonesia adalah sebuah tantangan besar. Banyak orang yang bilang jika ingin menjadi kaya, maka jangan menggantungkan hidupmu menjadi penulis. Karena seperti yang kita tahu, selain karena perhatian pemerintah yang masih minim di dunia literasi, penulis juga harus berjuang keras untuk mendapatkan satu tempat untuk karyanya. Sementara media-media yang ada semakin banyak yang terpaksa menutup ruang untuk sastra.
Sebuah filosofi penderitaan yang saya dapat dari kisah proses kreatif para narasumber bahwa banyak orang yang menjadikan penderitaan sebagai alasan untuk berhenti. Tapi orang-orang yang hebat menjadikan penderitaan bukanlah sebagai masalah, tapi sebagai motivasi untuk membuat hidup lebih baik.

3.      Usaha Membahagiakan Pembaca
Seorang penulis perlu memperhatikan pembaca. Karena mereka adalah pembaca dari tulisan penulis. Tanpa adanya pembaca, seorang penulis bukanlah apa-apa. Salah satu cara agar tulisan kita tidak membosankan dibaca oleh pembaca adalah mengeksplorasi gaya bahasa yang kita gunakan.
Ken dan Asef mengerti betul bahwa mengekplorasi gaya bahasa merupakan salah satu usaha untuk membuat para pembaca tidak jenuh. Menurut Ken, eksplorasi gaya bahasa tidak perlu dengan menggunakan diksi-diksi yang mewah, bahkan hal-hal sederhana sekalipun bisa kita eksplorasi. Contohnya kita melihat seseorang yang tengah berjalan dengan baju compang-camping dan wajah tak karuan, ada banyak kemungkinan kenapa orang itu berjalan dengan keadaan seperti itu.
Kemungkinan pertama orang itu gila dan kabur dari rumah sakit jiwa, kedua orang itu gila dan dibuang oleh keluarganya, ketiga orang itu tidak gila tapi miskin sehingga tidak mempunyai baju yang layak dia pakai. Ada banyak kemungkinan-kemungkinan dalam cerita yang kita buat. Kita bisa memakai salah satu sudut pandang yang berbeda dalam menuliskannya. Jangan menulis sesuatu dengan cara yang sama berulang-ulang karena itu bisa membuat para pembaca jenuh. Cobalah mengeksplorasi gaya bahasa yang kita gunakan dan perbanyaklah membaca untuk menambah referensi kita dalam menulis. Jangan menyerah jika sekali atau dua kali kita gagal, karena jika kamu berhenti maka semuanya berakhir saat itu.

4.      Jadilah Penulis yang Tidak Punya Alasan Untuk Berhenti
Sekali terjun di dunia menulis, maka selamanya kau tidak akan bisa berhenti. Sekalipun kau berhenti pasti ada saat kau akan merindukan menulis lagi. Menulis layaknya sebuah kutukan yang ketika kau memulai kau tidak akan bisa berhenti. Ketika ditanya adakah alasan untuk Ken dan Asef berhenti menulis, maka mereka kompak menjawab tidak. Jenuh pasti ada, tapi alasan untuk berhenti mereka mengatakan tidak ada.
Ada banyak hal yang membuat seorang Ken tidak bisa berhenti menulis, salah satunya adalah dia merasa hidupnya lebih baik dengan menulis. Dari menulis banyak hal yang tak terduga yang dia dapatkan. Salah satunya adalah kesempatan bertemu dengan para penulis hebat lainnya.
Saat jenuh, Asef memilih untuk berjalan kaki sekadar untuk melepas penat. Menurutnya ada beberapa tips untuk menjadi seorang penulis yang baik, yang pertama adalah membaca, berteman dengan penulis lainnya, dan berkompetisi.
Jika ingin menulis tanpa beban jangan berpikir bahwa menulis tidak memberikan apa-apa dalam hidupmu, tapi berpikirlah apa yang kamu berikan dalam tulisanmu? Sebuah penghargaan, uang, pujian dan kritikan itu adalah bonus yang akan diterima oleh penulis. Entah itu dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Yang jelas menjalani proses dengan sabar adalah salah satu hal yang kita butuhkan.  Menulislah tanpa beban, seolah-olah kau tengah jatuh cinta, hingga kau siap menanggung segala risikonya. Salah satu kunci menulis tanpa beban adalah membebaskan dirimu sendiri menulis dengan caramu, dengan warna(gaya)mu, bukan dengan warna milik orang lain.

Klaten, 26 April 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Novel: Belahan Jiwa, Saat Dia Selalu Bersamamu, Cinta itu Telah Hadir

Jangan dibuka trailer di atas kalau gak mau kayak aku, langsung lari ke Indomaret buat ngambil novel Belahan Jiwa karya Nuniek KR ini :). Sumpah dendam banget sama yang buat trailer, maksudnya apa coba, bikin trailer yang bisa bikin nangis dari detik pertamanya di play (Pas iklannya, Plak). Tapi beneran aku sempat menitikkan air mata waktu liat trailer ini. Ciyus. Buat Bang Roll, hebat banget bisa bikin trailer keren kayak gini. Kamu utang 1 tetes air mataku, Bang. Hiks T_T

Nila Asam Manis Pedas Ala Warung Mbak Diah Pedan

Menikmati weekend dengan makan di tempat yang rindang, sejuk dengan panorama khas pedesaan memang jadi dambaan semua orang. Seperti yang saya lakukan dengan teman-teman saya beberapa waktu yang lalu. Mencari makanan enak di kota kami, Klaten memang tidak cukup sulit. Hanya saja kadang untuk mencari lokasinya sedikit sulit, tapi untungnya sekarang ada aplikasi Opensnap jadi gak perlu repot buat cari lokasi tempat makan favorit. Hm ... Mandanginnya ampe segitunya :)

10 Menu Makanan yang Wajib Banget Kamu Cicipin Kalau Berkunjung Ke Coconuts Resto

Solo emang surganya kuliner, gak jarang kalau pas ke solo pasti aku menyempatkan waktu untuk sekadar jalan-jalan atau sekadar mencicipi wisata kuliner di kota yang memiliki julukan Spirit Of  Java.  Beberapa minggu yang lalu aku sempat ke Solo untuk mengunjungi kakakku. Selagi di Solo, maka gak afdhol kalau gak jalan-jalan atau wisata kulineran. Aku pun mengajak seorang teman untuk jalan bareng, kebetulan dia orang solo dan tahu solo banget.  Namanya Mbak Ana. Aku pun janjian dengan Mbak Ana untuk wisata kulineran bareng. Kami janjian di Hartono Mall Solo baru, karena tempat itu yang paling dekat dengan rumah kakakku. Aku pun segera bersiap dan berangkat ke Hartono Mall. Enggak butuh waktu lama. 10 menit aja nyampe, setelah parkir mobil aku pun menunggu di area VIP parking agar mbak Ana lebih mudah menemukanku.